Kudus- Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kudus, Revlisianto Subekti, yang mewakili Pj. Bupati Kabupaten Kudus Muhamad Hasan Chabibie, secara resmi membuka acara penyusunan rencana kerja terpadu untuk mendukung penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Kudus. Acara ini juga menandai penandatanganan kesepakatan bersama dalam komitmen untuk percepatan penanggulangan TBC di Kabupaten Kudus dengan tema bersama “Menuju Eliminasi TBC” yang dilaksanakan di Hotel Griptha pada Kamis (7/3).
Dalam sambutannya, Revlisianto Subekti menekankan pentingnya pendekatan, kontribusi, dan kolaborasi lintas sektoral yang terintegrasi sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Kudus dalam mencapai target eliminasi TBC tahun 2030 dan menuju generasi emas pada tahun 2045.
“Pengentasan TBC membutuhkan pendekatan, kontribusi, kolaborasi lintas sektoral dan terintegrasi sebagai bentuk komitmen pemerintah Kabupaten Kudus dalam menyukseskan target eliminasi TBC tahun 2030 dan menuju generasi emas tahun 2045,” ujarnya.
Revlisianto juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak, termasuk USAID, atas pendampingan yang telah dilakukan dalam upaya penanggulangan TBC di Kabupaten Kudus. Dia berharap kerja sama yang efektif akan berkontribusi dalam mendukung penanggulangan dan menuntaskan angka kasus TBC di Kabupaten Kudus.
“Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi dalam pendampingan yang dilakukan USAID di Kabupaten Kudus, saya berharap kerja sama secara efektif mampu berkontribusi dalam mendukung penanggulangan serta menuntaskan angka kasus TBC di kabupaten kudus” sebutnya
Selain itu, Andini Aridewi selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus sekaligus Sekretaris Tim Pelaksanaan Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis Kabupaten Kudus, menyatakan bahwa Kabupaten Kudus merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menjadi pilot project eliminasi TBC oleh USAID. Dirinya menegaskan bahwa kolaborasi pentaheliks adalah kunci untuk mempercepat pencapaian eliminasi TBC pada tahun 2030.
“Kegiatan ini merupakan salah satu dari lima kabupaten kota yang ada di Jawa Tengah sebagai pilot project yang dilakukan oleh USAID, hal ini merupakan upaya mempercepat pencapaian eliminasi TBC di tahun 2030, pasti harus ada kolaborasi secara pentaheliks,” tegasnya.
Dalam konteks capaian target, Andini menjelaskan bahwa meskipun tingkat penemuan kasus TBC di Kabupaten Kudus telah mencapai 106% dari target untuk penemuan kasus dan pengobatan, tingkat keberhasilan pengobatan masih perlu dioptimalkan. Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak berperan penting dalam upaya penanggulangan TBC di Kabupaten Kudus.
“Kalau melihat angka capaian target secara nasional lebih dari 90% kasus ditemukan dan untuk kabupaten kudus sendiri sudah mencapai 106% dari target untuk penemuan kasus dan diobati. Tetapi untuk tingkat keberhasilan pengobatannya untuk Kabupaten Kudus sudah mencapai 88%,” pungkasnya.
Sebagai informasi, data dari Sistem informasi Tuberkulosis (SITB) Kabupaten Kudus menunjukkan penemuan kasus TBC dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2021 ditemukan sebanyak 1.909 kasus, tahun 2022 meningkat menjadi 2.385 kasus dan tahun 2023 mencapai 2.693 kasus. Penyusunan rencana kerja terpadu untuk mendukung penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Kudus diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk bersama-sama menuntaskan kasus TBC.(aho/red)