Semarang-Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menghadiri puncak kemeriahan Hari Guru Nasional di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Kota Semarang, Minggu (26/11).
Acara yang dikemas menyesuaikan kegiatan car free day ini diikuti 10 ribu peserta mulai dari guru dan juga siswa-siswi se-Kota Semarang. Sejumlah bakat dan keterampilan guru dan peserta didik pun disuguhkan. Mulai dari penampilan band, marching band, hingga paduan suara yang mengiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sesekali, Mbak Ita sapaan akrab wali kota mengabadikan momen tersebut lewat ponselnya.
Ketika menyanyikan hymne guru, tampak satu per satu siswa-siswi dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) menghampiri dan memberikan sekuntum mawar merah kepada orang nomor satu di Kota Semarang itu. Mereka yang berjejer rapi memanjang, juga memberikan bunga mawar kepada guru-guru yang hadir.
Perayaan Hari Guru juga dimeriahkan dengan pameran hasil produk P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dari para siswa yang mendukung gaya hidup berkelanjutan sesuai Kurikulum Merdeka.
“Satu titik dua koma, ibu guru yang cantik mana senyumnya, kemarin cuaca hujan, hari ini sangat panas, guru-guru adalah pahlawan, mendidik anak bangsa hingga cerdas,” seutas pantun yang dibacakan Ita yang disambut seruan “cakep” oleh seluruh peserta, tamu undangan, dan pengunjung yang datang.
Ita mengatakan, seluruh pejabat, pengusaha, dan orang-orang sukses tak akan berhasil jika tidak ada peran serta seorang guru yang membimbing dan mengajari. Termasuk dirinya yang kini menjadi Wali Kota Semarang perempuan pertama itu.
“Kalau tidak ada bapak ibu guru, kita semua tidak akan seperti ini. Kita semua tidak akan bisa menjadi orang hebat. Kalau tanpa panjenengan semua kita bukan siapa-siapa,” kata Ita, menyampaikan terima kasih kepada ribuan guru yang memadati Lapangan Pancasila, Simpanglima.
Dalam momentum tersebut, ia juga menyoroti sejumlah hal terkait kemajuan guru di tengah era digitalisasi. Menurutnya, periode sekarang menjadi tantangan berat bagi guru untuk mengembangkan diri.
“Tantangan menjadi guru sangat luar biasa, kita tahu zaman digitalisasi seperti ini semua mudah dilihat dan dijangkau,” katanya.
Meski begitu, menurutnya, ada beberapa titik poin negatif yang harus menjadi fokus perhatian. Dua di antaranya yaitu, perundungan dan kekerasan seksual harus dicegah dan diperangi bersama-sama.
“Kami minta dibantu bapak ibu guru untuk mensosialisasikan atau mencegah supaya anak-anak ini tidak menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Dirinya menyebut, peserta didik adalah generasi penerus dan harapan bangsa untuk meraih Indonesia Emas 2045. Apabila tidak dirawat dan dibimbing, justru dirusak akan mempengaruhi masa depannya kelak.
“Kami terus-menerus melakukan upaya untuk pencegahan-pencegahan tersebut supaya anak-anak bisa makin hebat,” katanya.
Juga dilakukan peluncuran inovasi serba digital. Seperti Warung Rakyat Kota Semarang (Warak Semar) merupakan sebuah platform aplikasi jual-beli hasil urban farming warga, yang di dalamnya juga menjadi wadah pemasaran produk P5 para siswa. Termasuk Smart Kantin atau Sistem pembayaran di kantin-kantin sekolah yang telah memakai QRIS sebagai alat transaksi siswa-siswi di Kota Semarang.(had/red)