Menurut Chaer (2004:15), secara tradisional, bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dalam proses berkomunikasi pikiran hanyalah satu bagian dari sekian banyak informasi yang akan disampaikan. Konsep bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menayampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab seperti yang dikemukakan Fishman (1972) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah who speak what language to whom, when and to what end. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa itu antara lain dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
Berdasarkan dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, si penutur menyatukan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya.
Selanjutnya, dilihat dari sudut pendengar atau mitra tutur, maka bahasa itu berfungsi direktif. Maksudnya, bahasa dapat mengatur tingkah laku mitra tutur. Dalam hal ini, bahasa tidak hanya membuat mitra tutur melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan apa yang sesuai dengan yang dimau penutur. Berbeda halnya jika dilihat dari segi kontak antara penutur dengan mitra tutur, maka bahasa berfungsi fatik. Maksudnya, bahasa digunakan untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, ataupun solidaritas sosial.
Fungsi bahasa berikutnya dilihat dari segi topik ujaran. Bahasa disebut memiliki fungsi referensial. Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat penutur tentang dunia di sekelilingnya. Kemudian, jika didasarkan pada kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik. Maksudnya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa dimana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa.
Selanjutnya, fungsi bahasa dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan maka berfungsi imajinatif. Dalam hal ini, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang sebenarnya maupun imajinasi (khayalan atau rekaan) saja. Berikut diuraikan fungsi bahasa masyarakat dalam konteks perdagangan, dianatarnya, 1) fungsi representasional, 2) fungsi referensial, 3) fungsi heuristik, 4) fungsi interaksional, 5) fungsi regulasi, 6) fungsi instrumental, 7) fungsi personal.
Implementasi Fungsi
Dalam tataran implementasi fungsi terbagi dalam beberapa kelompok. Pertama adalah fungsi representasional. Maksudnya adalah sebagai berfungsi untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, atau melaporkan realitas yang sebenarnya sebagaimana yang dilihat atau dialami orang. Bila dilihat dari segi topik ujaran maka bahasa itu berfungsi representasional. Di sini bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan bahasa atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Kedua, adalah Fungsi Referensial. Artinya, bahasa memiliki fungsi referensial manakala bahasa digunakan untuk membicarakan sesuatu dengan topik tertentu atau mengacu pada referen tertentu.
Berikutnya adalah fungsi heuristik berkaitan dengan pemakaian bahasa yang terdapat dalam ungkapan yang meminta, menurut, atau menyatakan suatu jawaban terhadap masalah atau persoalan. Bahasa yang digunakan biasanya sebagai alat untuk mempelajari segala hal, menyelediki realitas, mencari fakta, dan penjelasan. Ungkapan yang digunakan berupa pertanyaan yang menuntut penjelasan dan penjabaran. Fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan mempelajari seluk-beluk lingkungannya. Fungsi heuristik ini mengingatkan pada apa yang secara umum dikenal dengan pertanyaan, sebab fungsi ini sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
Selanjutnya adalah bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan ketahanan dan keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial. Keberhasilan interaksi sosial ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat, jargon, lelucon sebagai bumbu komunikasi, cerita rakyat (foklore), adat-istiadat dan budaya setempat (termasuk di dalamnya tata krama pergaulan). Berikutnya adalah Fungsi Regulasi. Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali, atau pengatur peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang lain. Wujud tuturan dapat berupa bentuk larangan, ancaman, peraturan, persetujuan, penolakan atau perjanjian.
Berikutnya adalah fungsi Instrumental. Ini bermaksud menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa tertentu. Fungsi ini mengingatkan pada apa yang secara umum dikenal dengan perintah atau imperatif. Dalam hal ini bahasa mengatur tingkah laku pendengar. Bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara. Hal ini dapat dilakuakan si penutur dengan menggunakan kalimat yang menyatakan perintah, permohonan, himbauan, permintaan, pemberian perhatian maupun rayuan.
Terakhir adalah fungsi personal berorientasi pada penutur. Bahasa yang digunakan untuk menyatakan hal-hal yang bersifat pribadi. Fungsi ini memberi kesempatan kepada pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam. Fungsi personal ini disebut juga fungsi emotif. Bahasa memiliki fungsi emotif manakala bahasa digunakan dalam mengungkapkan perasaan atau emosi seperti rasa gembira, sedih, kesal, takjub dan sebagainya. Fungsi emotif bertumpu pada aspek penutur.
Sulis Adyana
Penggiat bahasa
Tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah