Hoak pada masa tahapan pemilu terus berkembang, seiring semakin dekatnya pelaksanaan pemilu. Hoak juga acapkali menyerang penyelenggara pemilu seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di berbagai level. Dalam mengatasi hal tersebut Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) wilayah Salatiga dan Bawaslu kota Salatiga melakukan giat bersama dengan pelatihan pencegahan anti hoak pemilu di hall hotel Front One Gosyen Jl. Jend. Sudirman Salatiga (Kamis,18/10). Acara diikuti oleh lebih dari 50 peserta dari anggota Bawaslu. Terdiri dari anggota di 4 kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa (PKD), tenaga teknis dan tenaga pendukung, dan perwakilan dari stakeholders lainnya.
Ada 4 materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan ini. Peserta dibekali oleh instruktur yang tersertifikasi dan expert dibidangnya, diantaranya Assoc. Prof. Dr. Agus Triyono,MSi (UDINUS), Budhi Widiastuti,MA (UKSW), Fiskal Purbawan (Penggiat Literasi) dan Andika Renda Pribadi (Penggiat Literasi). Materi yang disampaikan antara lain ; Memetakan Narasi Mis/Disinformasi, Membedah Anatomi Manipulasi Informasi, Teori Dan Strategi Prebunking, Dan Produksi Konten Prebunking.
Ketua Bawaslu Kota Salatiga , Dayusman Junus mengatakan informasi hoak menjadi perhatian khusus sebagai penyelenggara pemilu. Apalagi tahapan pemilu makin dekat, dan hoak begitu masif berkembang seiring pesatnya teknologi yang digunakan.
“Pelatihan ini sangat mendesak dan wajib bagi anggota Panwas karena mampu memberi kontribusi besar dalam setiap tahapan pengawasan pemilu,”tegas Dayus.
Prebunking vs Debunking
Salah satu agenda pelatihan yang diselenggarakan ini adalah pendalaman materi Prebunking dan Debunking. Agus Triyono salah satu pemateri saat ditemui menyampaikan bahwa Prebunking adalah tindakan preventif dan prediksi atas munculnya hoak yang akan terjadi. Oleh karena dalam pelatihan ini diajarkan bagaimana mengantisipasi munculnya hoak politik terkait tahapan pemilu.
“Kita bisa prediksikan hoak yang mungkin akan terjadi dengan melihat indikator-indikator yang ada. Kemudian kita berikan “vaksinnya” sehingga nanti paparan hoak itu akan kebal untuk penerimanya,’ ujar Agus.
Sementara kalau Debunking adalah proses melakukan klarifikasi atas sebuah narasi/pesan hoak. Jadi Debungking lebih tepatnya dapat dilakukan setelah hoak muncul, tetapi kalau prebunking bisa dilakukan pencegahan lebih awal.
“Iya betul, prebunking ini salah satu cara untuk mencegah hoak semakin berkembang. Setidaknya ada upaya untuk melakukan pencegahan lebih dini untuk rekan-rekan Panwas dan juga yang lain,” ujar Agus.
Salah seorang peserta, Riyana menyampaikan pelatihan ini sangat berguna sekali mengingat di wilayah sering muncul hoak-hoak yang berseliweran.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat, terima kasih banyak membantu tugas kami,” tandasnya. (bin/red)