Salatiga-Di Indonesia, suhu rata ratanya mencapai 27,2 derajat celcius sehingga masyarakat merasakan perubahan iklim dengan suhu udara lebih panas. Termasuk di kota Salatiga yang sebelumnya berhawa sejuk, belakangan ini telah hilang.
Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, pada kegiatan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2024 di Kawasan Ruang Terbuka Hijau Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Terpadu, Bulu, Tegalrejo Kecamatan Argomulyo, dengan tema Atasi Sampah Plastik Dengan Cara Produktif, Jumat (23/2)
Peringatan HPSN ini dirangkai dengan launching TPS3R, penyerahan CSR Bank BRI ke Bank Sampah Induk (BSI) Salatiga berupa kendaraan operasional, alat penghancur dan pengepres sampah, serta olahraga bersama Jumat ke-4, yakni sepeda sehat dan jalan sehat.
Ditengah kegiatan, Pj Wali Kota dan Kapolres Salatiga melepas peserta jalan sehat sambil memungut sampah di sepanjang rute jalan bersama.
“Salah satu dampak perubahan iklim, banyak orang jualan es teh jumbo di pinggir jalan, dan pasti hubungannya dengan sampah gelas plastik. Ini yang kemudian menjadikan salah satu penyebab banyaknya sampah plastik akhir-akhir ini,” terang Yasip .
Mendisiplinkan diri jadi kunci lingkungan yang bersih dari sampah, khususnya sampah plastik. Untuk itu, mulai dari kecil harus sudah ditanamkan bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya.
Guna menunjang masyarakat membuang sampah pada tempat sampah, Yasip meminta kepada Sekda dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga untuk menyediakan tempat-tempat sampah di pinggir jalan. Tempat sampah itu didesain estetik sehingga tidak menimbulkan kesan jorok.
Selain itu, ia berpesan untuk membuat program satu keluarga satu kantong untuk menggantikan kantong plastik ketika berbelanja. Tahun depan diharapakan bisa didisrtribusikan satu kantong ke setiap keluarga.
“Waktu jalan-jalan tadi saya melihat sampah-sampah plastik. Ya saya maklum saja mereka buang sembarangan, orang tidak ada tempat sampahnya kok. Oleh karena itu nanti dari Pemikot supaya disediakan tempat sampah dan bagaimana mendesain tempat-tempat sampah ini estetik, sehingga tidak terkesan jorok,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Sulistyaningsih, menuturkan bahwasanya HPSN jatuh pada tanggal 21 Februari. Peringatan HPSN ini sebagai peringatan tragedi TPA Leuwigajah, Cimahi, Bandung, Jawa Barat pada tahun 2005. Dimana, tumpukan sampah di kawasan tersebut meledak dan mengakibatkan longsoran sampah yang menimbun warga Kampung Cilimus dan Kampung Pojok yang jaraknya sekitar 1 km dari TPA Leuwigajah. Tragedi tersebut mengakibatkan 157 warga meninggal dunia.
Keberadaan TPS3R di Bulu, Tegalrejo ini, menurut Sulistyaningsih merupakan alat pengolahan sampah yang modern, sebagai pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau kawasan.
“TPS kita semua didukung oleh sarana prasarana yang semi manual yang mempercepat dalam memisahkan sampah organik dan sampah non organik. Dengan adanya alat yang semi manual ini di TPS, diharapkan akan memperpanjang umur daya tampung TPA Ngronggo,” terang Sulistyaningsih.(had/red)