Ungaran- Banyaknya pemberitaan mengenai anak-anak yang terpaksa harus menjalani cuci darah akibat konsumsi makanan dan minuman yang kurang tepat, menjadi perhatian saat kegiatan Aku Hatinya PKK (Amalkan dan Kukuhkan Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) bagi Tim Penggerak PKK Kabupaten/ Kota, yang digelar di Monumen PKK, Ungaran, Selasa (6/8).
Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Lucia Sri Winarni Susilowati menyampaikan, kondisi tersebut tak bisa dibiarkan.
“Saatnya kita ubah pola pikir tentang konsep, bukan lagi makan kenyang, tapi menjadi makan sehat. Baca kandungan yang ada di kemasan makanan. Hindari makanan berpengawet, mengandung pewarna, dan yang terlalu manis. Jangan meracuni anak-anak kita. Lebih baik bikin jus aja,” tegas dia.
Menurut Lucia, konsumsi anak, remaja, dan orang tua tidaklah sama. Namun, masih banyak orang berpikiran, jika makanan yang mesti dihindari oleh orang dewasa, seperti yang bisa mengakibatkan kolesterol, asam urat, juga tidak diboleh diberikan untuk anak-anak.
“Contohnya gulai. Bapaknya nyirik (menghindari) karena kolesterol, anaknya juga tidak diberi. Padahal, anak butuh minyak, butuh santan. Makanya, penting untuk mengetahui kebutuhan makanan pada anak dan dewasa,” bebernya.
Ditambahkan, makanan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA), mesti diperhatikan, agar tumbuh kembang anak tidak terhambat, serta terhindar dari stunting.
“B2SA tidak mahal, asal bisa memanfaatkan lahan pekarangan,” ujar Lucia.
Penjabat Ketua TP PKK Jateng, Shinta Nana Sudjana, mengatakan, potensi pangan lokal Jateng sangat bervariasi. Oleh karena itu, melalui gerakan Aku Hatinya PKK, ia mengajak kader PKK di daerah mampu mengoptimalkan hal tersebut.
“Kita masih harus mengejar penurunan stunting. Untuk mencapai hal itu, kegiatan sosialisasi,pelatihan pemanfaatan pekarangan mesti terus dilakukan. Sebab, kampanye tidak bisa hanya dilakukan sekali, melainkan harus kontinu, sekaligus mengingatkan diri, apakah program kedaulatan pangan yang dilakukan sudah efektif,” ujarnya.
Setelah memperoleh sosialisasi, Shinta berharap kadernya menyebarluaskan ilmu hingga tingkat Dasar Wisma. Dengan cara itu, diharapkan gaung pemanfaatan pekarangan semakin kuat dan tidak hanya teori.
“Masing-masing daerah memiliki local wisdom masing-masing. Bagaimana memanfaatkan pekarangan tentunya berbeda, daerah dingin tanaman apa yang cocok. Berbeda lagi dengan pesisir. Di daerah perkotaan, bisa dengan mengembangkan vertikultur,” imbuh Shinta.
Ditambahkan, salah satu materi yang diberi dalam sosialisasi tersebut adalah Budikdamber atau Budidaya Ikan Dalam Ember. Melalui cara ini, kader PKK bisa memanfaatkan pekarangan untuk menanam sayuran plus beternak ikan lele.
Materi lain adalah pertanian vertikultur. Teknik bertanam di lahan sempit itu, dilakukan dengan membuat media bertingkat dan ditanam di dalam pot, polybag, serta bekas botol minuman.(gus/red)