BERTEMU WAMENBUD GIRING, ROBBY USULKAN RUMDIN JADI MUSEUM
Salatiga- Wali Kota Salatiga dr. Robby Hernawan, Sp.OG berkunjung ke kantor Kementrian Kebudayaan guna melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djimaryo, di dampingi Tim Kasubdit Permuseuman, Diah Yeni, di Gedung E Komplek Kemendikbudristek Jl. Jendral Sudirman Jakarta, baru-baru ini.
Pertemuan ini bertujuan pengusulan Rumah Dinas Wali Kota Salatiga sebagai Museum Kota Salatiga.
“Salatiga sebagai kota tertua kedua di indonesia belum mempunyai museum yang representatif. Rumah dinas yang dibangun pada jaman kolonial belanda bisa menjadi daya tarik tersendiri” ungkap Robby.
Pada kesempatan ini Robby melakukan paparan berupa foto-foto rumah dinas dan memberikan penjelasan detail rumah dari bagian depan sampai belakang, serta tiap ruangan yang ada di rumah dinas.
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi Pemerintah Kota Salatiga untuk mewujudkan rencana tersebut.
“Jika rumah dinas ingin dijadikan museum ada beberapa syarat yang harus di penuhi di antaranya perizinan peruntukan rumah dinas tersebut, narasi dan konsep, visi misi, serta koleksi atau isian dari museum, termasuk mengenai keaslian (pemulihan ke bentuk asli)” jelas Giring.
Dalam kesempatan ini Robby juga mengungkapkan bahwa di Kota Salatiga banyak bangunan cagar budaya yg dikuasai pribadi dan tidak terurus, seperti gedung Pakuwon yang menjadi tempat perjanjian Salatiga. Perjanjian ini merupakan penyelesaian dari serentetan pecahnya konflik perebutan kekuasaan yang mengakhiri Kesultanan Mataram. Hamengkubuwono I dan Pakubuwono III melepaskan beberapa wilayahnya untuk Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa). Ngawen di wilayah Yogyakarta dan sebagian Surakarta menjadi kekuasaan Pangeran Sambernyawa.
Harapannya dengan campur tangan dari Kementrian Kebudayaan bisa mengupayakan agar cagar budaya tersebut bisa di kelola oleh Pemerintah Kota Salatiga, sekaligus pada pertemuan ini Robby juga meminta dukungan kegiatan “Salatiga Perdikan Fest” yang akan di laksanakan pada tanggal 24-26 Oktober 2025, dimana pesertanya adalah persatuan ahli arkeologi dari 35 negara. Mereka akan melakukan penelitian di Sangiran, tetapi untuk pusat kegiatannya di salatiga dikarenakan tertarik dengan riwayat tentang hidrologi yang ada di salatiga.
“Ini adalah merupakan kongres pertama kali di Indonesia bahkan di Asia” ujar Robby.(had/haf)