Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta kepada seluruh stakeholder untuk siap mengantisipasi dan menangani bencana di musim hujan. Hal itu disampaikan Ita saat memimpin apel gladi lapangan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di halaman balai kota Senin (27/11).
Dirinya mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terkait bencana-bencana alam yang sering timbul saat musim hujan. Diantaranya tanah longsor, banjir, pohon tumbang, dan sebagainya. Khusus untuk banjir yang sering terjadi di wilayah Kaligawe dan Genuk, dirinya meminta agar pompa-pompa bisa bekerja secara maksimal dan saluran drainase dibersihkan.
“Beberapa waktu lalu terjadi titik longsor dan pohon tumbang, serta terjadi banjir khususnya di Kaligawe, Genuk. Karena memang beberapa pompa pengendali banjir masih perbaikan, dan beberapa drainase harus dilakukan pembenahan,” terangnya.
Ditambahkan, genangan dan beberapa kali hujan juga tidak terjadi, Ini menjadi satu bukti bahwa mesti terus menerus melakukan pembenahan baik drainase, baik pembersihan sampah, agar pompa di seluruh wilayah bekerja maksimal.
Dirinya menyebut, angka kasus bencana di Kota Semarang pada tahun 2022 menurun. Di tahun 2020, pihaknya mencatat ada 342 bencana. Kemudian di 2021 terdata ada 432 bencana, dan di 2022 ada kasus 324 bencana.
Sebagai upaya memperkuat penanganan bencana secara maksimal, Pemkot Semarang selain bekerja sama dengan TNI-Polri, juga menggandeng para relawan. Diharapkan sinergitas ini terus dilakukan sehingga masyarakat selalu terbantu saat menghadapi masalah bencana.
“Di sini akan ada Jambore Relawan, di mana relawan akan memperkuat upaya penanggulangan bencana baik terkait kesadaran dan kesiapan diri. Ada juga inovasi dan dari pemerintah terkait mitigasi bencana. Selain itu juga dilakukan sosialisasi kepada warga,” tambah Ita.
Meski angka bencana menurun, Ita mengakui jika di wilayah-wilayah tertentu masih ada ancaman bencana yang harus diwaspadai. Di wilayah pesisir misalnya, bencana yang diwaspadai adalah banjir dan rob. Kemudian di daerah Semarang bagian atas yakni bencana tanah longsor.
“Di wilayah tengah sudah terhitung aman dari banjir karena drainase sudah tertata dengan baik. Tentu kewaspadaan ada di wilayah pesisir atas ancaman banjir dan rob. Sebenarnya wilayah pesisir drainase bagus, tetapi karena memang ada penurunan tanah sehingga jadi masalah,” jelasnya.
“Kemudian kalau Semarang bagian atas yang menghantui longsor, karena di beberapa titik topografinya tanah gerak. Sehingga ini yang perlu diwaspadai untuk bagaimana mengamankan, utamanya potensi banjir kiriman atau air bah dari wilayah hulu,” lanjutnya.(had/red)